Kenapa Mengulas Buku?

Saya kenal cukup banyak pembaca yang juga suka mengulas buku, tapi kalau ditanya mengapa, mungkin hampir semua memiliki motif yang berbeda. Tak usah jauh-jauh, Mama saya sendiri bahkan kerap kali bertanya, "Kenapa sih rajin banget habis baca selalu direview?" Saking seringnya pertanyaan tersebut diajukan, seiring waktu saya sampai tanpa sadar menganggapnya angin lalu.


Bagi saya, membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang sangat erat kaitannya. Saya pribadi bukan seorang penulis yang karyanya sudah berjejer rapi di toko-toko bukusaya hanya seorang blogger yang acap kali menuangkan ide-idenya ke laman daring. Namun tetap saja, tulisan adalah tulisan. Meski saya masih belum bisa dibilang penulis, saya cukup percaya diri untuk diam-diam mengklaim bahwa menulis adalah hobi saya.

Berawal dari kesenangan menulis saya itulah, keinginan untuk membuat sesuatu lahir. Panggilan untuk berkarya sudah ada sejak saya masih duduk di bangku SMP, tapi sayang kesempatan untuk mewujudkannya masih terlalu jauh. Di beberapa kesempatan saya memang sengaja meluangkan waktu di hadapan laptop untuk menulis suatu cerita pendek atau membuat kerangka sebuah novel, dan karena semuanya hanya dibuat untuk konsumsi pribadi dengan sebagian kisah terhenti tanpa dituntaskan, saya rasa jejak saya masih tergolong sangat minim. Ditambah dengan padatnya kesibukan saya saat ini, rasanya mimpi saya untuk merealisasikan cita-cita lama ini tampak sedikit terlalu muluk.

Mungkin, hal inilah yang membuat kebiasaan mengulas buku menjadi seperti hobi baru buat saya. Saya boleh saja tahunan hiatus dalam mengejar impian saya menjadi seorang penulis, tapi karena membaca tetap menjadi kegiatan yang konstan dilakukan, mengulas apa yang sudah saya baca terasa seperti wadah untuk menyalurkan ketertarikan saya terhadap dunia literasi. Istilah tepatnya mungkin seperti menyelam minum air. Saya gak hanya melulu membaca, tapi juga sengaja meluangkan waktu untuk kembali menulis meski seringnya dalam bentuk sebuah ulasan.

Lagi pula, gak ada yang tahu, kan? Bisa saja suatu hari nanti saya betul-betul mampu atau jadi lebih pintar menyusun prioritas. Mungkin nantinya saya bisa jadi seorang penulis yang bukunya mudah dijumpai di toko-toko buku ternama, siapa tahu?