Tentang Jeda dan Bersantai: Liburan Cara Aku

Ada begitu banyak cara menghafal sesuatu: mengulang beberapa kali kalimat yang sama hingga tanpa sadar menempel di kepala, mengasosiasi sebuah kata dengan gambar tak beraturan, atau bahkan menyiapkan secarik kertas berisi sontekan. Namun bagi saya yang tergolong cukup pelupa, mengandalkan hafalan semata kadang belum cukup. Seperti sebuah sontekan, detail-detail kecil yang berkesan dalam suatu kisah bisa dengan mudah terlupakan kalau saja saya tidak cukup cepat mengabadikannya dalam sebuah foto atau tulisan. Termasuk kisah perjalanan saya ke Singapura tempo hari.


Perjalanan saya ke Singapura tahun ini berkesan karena begitu banyak hal: jalan-jalan pertama yang bisa dibilang murni hasil keringat sendiri, kumpul keluarga yang sudah jarang sekali terjadi sejak pandemi Covid-19 menyerang, dan juga sekelumit jeda dari sibuknya pekerjaan kantor yang tiada habis. Bisa dibilang, pegal-pegal karena banyaknya jalan kaki yang saya lakukan selama satu minggu di sana sudah tuntas terbayarkan dengan harga yang pantas.

Hal tersebut saya utarakan pada adik saya tepat setelah kami mengunjungi Garden by the Bay di pusat Singapura. Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Flower Dome, di mana tumbuhan-tumbuhan cantik disusun dengan sedemikian rupa di dalam sebuah rumah kaca raksasa. Layaknya Alice saat pertama kali terjun ke dunia Wonderland, mata saya tidak bisa berhenti menjelajah. Tempat itu betul-betul melebihi ekspektasi saya. Saya yang semula skeptis dan berpikir akan bosan nyatanya malah sangat betah. 


Setelah puas mengitari setiap sudut rumah kaca tersebut, rombongan kecil kami memutuskan untuk berganti suasana. Betapa beruntungnya kami karena begitu keluar dari sana, keindahan Cloud Forest lantas menyambut kami dengan mengusung tema dunia Pandora dalam event "Avatar: The Experience" yang sedang berlangsung.

Jika Flower Dome melebihi ekspektasi saya, saya putuskan kalau keindahan Cloud Forest sudah tidak dapat tersaingi. Tema Avatar yang diusung selama beberapa bulan ke depan sungguh adalah sebuah pilihan yang tepat. Satu hal yang disayangkan: kami terlalu cepat masuk ke sana. Belakangan kami baru tahu kalau Cloud Forest di malam hari jauh lebih menakjubkan. Ada semacam bebatuan yang dapat menyala dengan lebih jelas melalui sensor tangan seperti yang dapat dijumpai di hutan Pandora. Meski begitu, memori saya tetap akan selamanya mengenang air terjun beserta sulur-sulur daun yang ada dengan kehidupan alam Jake dan Neytiri.


Jam-jam yang dihabiskan mengitari Garden by the Bay berlalu dengan cepat. Begitu pula dengan sisa liburan kami di sana. Canda tawa dan pegal di kaki sudah mulai mengakrabkan diri dengan kami, tapi alih-alih menikmati saja hari-hari yang ada, benak saya dengan handal mengadopsi peranan sebagai jam pasir sambil mencoba mengkalkulasi jumlah target lokasi selanjutnya.


Kata orang, liburan itu tentang penting-pentingnya mengatur waktu. Buat saya yang saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di kantor daripada di rumah, berat rasanya kalau harus menyia-nyiakan bahkan satu menit saja dari sebuah liburan. Saya jadi gelisah sendiri, menyusun itinerari yang bisa dibilang tidak masuk akal dan ujung-ujungnya tidak terpakai. Bahkan ketika pegal di kaki sudah mulai tidak tertahankan, setiap ajakan masih saya sambut dengan sebuah anggukan dan: "Yuk!".

Di dalam bis menuju Orchard Road di suatu siang, saya lantas tersadar kalau pemahaman saya soal waktu dan liburan telah keliru. Pada waktu sebagian dari rombongan kecil kami memutuskan untuk tinggal karena terlalu lelah dan malas untuk keluar, kegelisahan yang berbeda mulai timbul. Membagi dua rombongan kami berarti menyisakan segelintir orang saja di kedua sisi. Itu artinya, keseruan dan canda tawa yang selama beberapa hari telah mewarnai perjalanan ini akan menjadi sedikit berbeda.

Dugaan saya terbukti benar. Sepanjang perjalanan di hari itu, tidak ada grasah-grusuh khas ibu-ibu yang terlampau menghibur untuk disaksikan. Tidak juga ada kehebohan saat turun dari bus karena salah satu tante lupa bagaimana cara check out kartu. Dan pada akhirnya, tidak ada lagi dorongan menggebu-gebu di benak saya untuk mengunjungi sebanyak mungkin tempat selagi bisa.

Perjalanan kami memakan waktu beberapa jam. Hari itu gerimis tipis membasuh. Bukannya merasa kecewa karena tidak jadi pergi ke tempat yang direncanakan, saya justru malah asyik termenung. Menurut saya, sebuah kisah perjalanan yang berkesan bukan hanya soal berapa banyak tempat yang dikunjungi atau berapa jenis makanan baru yang dicoba. Sebuah kisah perjalanan juga bukan hanya soal tidak mau rugi mumpung sedang liburan. Sebuah kisah perjalanan tentu lebih dari sekedar sebuah foto cantik di depan bangunan ternama.

Di hari itu saya sadar, bagi saya, sebuah perjalanan menjadi berkesan saat saya memiliki sesuatu yang unik untuk dibagikan, dan ketika saya bisa menikmatinya bersama orang-orang yang saya sayang.


Rasanya juga sangat tidak adil untuk memasang tenggat waktu di saat saya seharusnya sedang menikmati kebebasan sementara dari hal itu. Pelan-pelan, saya pun mencoba untuk lebih santai. Alih-alih memusingkan detail-detail tidak penting, saya justru menyandarkan diri di kursi bus, menikmati pemandangan kota yang bergerak dengan cepat, dan betul-betul menikmati liburan saya.

***

Setelahnya, saya merasa perjalanan kami menjadi jauh lebih menarik. Rombongan kecil kami mengunjungi sebuah pasar terdekat bersama-sama. Entah bagaimana, setiap sudut terasa tidak asing, mengingatkan saya pada sebuah pasar tradisional di kota tempat tinggal saya.


Beberapa kios sudah memasang lampion sebagai persiapan menyambut tahun baru. Meskipun saat itu sudah malam, pasar tersebut jauh dari kata seram. Setiap sudut tampak bersih dan terawat. Kami bahkan sempat berhenti beberapa kali untuk membeli beberapa jenis buah yang menarik perhatian.

Beberapa buah yang menjadi pilihan kami: plum, longan, durian, dan persimmon. Meskipun cukup terkendala dengan bahasa karena beberapa penjual di kios-kios buah yang kami kunjungi tidak terlalu fasih berbahasa Inggris, kami akhirnya berhasil membawa pulang beberapa kantong penuhsebagian untuk dimakan sendiri, sebagian lagi untuk dibagikan sebagai oleh-oleh.


Sepulangnya kami dari pasar tersebut, kami menikmati Durian XO yang kami beli di mall sore hari. Dengan daging yang tebal, durian ini terasa agak pahit dengan sentuhan sedikit rasa manis yang cukup membuat ketagihan. Malam itu pun kami lewati dengan obrolan seru tentang kilas balik hal-hal lucu yang pernah terjadi di perkumpulan keluarga besar masa lampau, bibit bunga baru yang sedang dicoba tanam oleh sepupu saya, dan sulangan yang dilakukan melalui potongan durian.


Liburan ini mungkin sudah berakhir. Sulitnya mencuri waktu luang di sela-sela padatnya pekerjaan, rencana pindah kota dan bahkan negara yang ingin diwujudkan dua saudara saya namun entah kapan, dan perkara menabung yang harus mulai dipikirkan generasi muda di keluarga kami mungkin akan menjadi rintangan yang harus kami hadapi untuk menikmati liburan bersama dalam waktu dekat. Meski begitu, saya yakin kisah ini hanya tertidur dan masih jauh dari kata usai. Sebuah kisah perjalanan bisa terjadi kapan saja, dan saya mau meyakini bahwa akan selalu ada jeda di tengah padatnya kehidupan untuk diisi dengan perjalanan bersama orang tersayang.

***

Dengan datangnya peak season alias si masa sibuk di tahun 2023 yang sudah di depan mata, tempat yang menempati posisi teratas di dalam wish list perjalanan saya adalah sebuah kota di Nusa Tenggara Timur yang sudah sangat lama ingin saya kunjungi: Labuan Bajo. Di tengah padatnya jadwal meeting dan deadline tanpa henti di kantor, saya memimpikan hari-hari bersantai di pinggir pantai, yang kemudian diteruskan dengan menikmati keindahan alam dari atas kapal. Dan saya tentu tidak akan melupakan keinginan yang sudah saya kantongi sejak lama: bertemu komodo di Pulau Komodo.

Keinginan-keinginan tersebut tentu saja tidak lepas dari perjalanan terakhir saya yang mengajarkan bahwa liburan bukan melulu soal banyak atau jauhnya destinasi. Liburan bukan juga soal perlombaan untuk mengisi waktu sepadat mungkin. Bagi saya saat ini, liburan adalah soal menikmati jeda yang dimiliki, kapanpun dan di mana pun.

Tanpa bisa dipungkiri, saya berhasil memetik pelajaran yang cukup penting dari perjalanan tersebut, dan hal itu akan selamanya saya simpan sebagai token penting untuk perjalanan saya berikutnya.

Berangkat dari pelajaran tersebut, saya tentu tidak merencakan perjalanan ini untuk diri saya sendiri. Membawa serta mama dan adik saya untuk berlibur di salah satu pulau terindah di dunia akan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri untuk saya. Selain itu, saya sudah merencakan di luar kepala hal-hal apa lagi yang bisa kami lakukan bersama begitu kesempatan untuk mengunjungi Labuan Bajo terwujud.

Rencananya, saya ingin mengajak keduanya untuk dengan santai menjelajahi pulau-pulau yang ada seperti Pulau Padar, Pulau Kanawa, dan Gili Lawa. Kami bertiga juga ingin mencoba salah satu bucket list yang sedari lama sudah tercatat rapi: scuba diving. Saya tidak bisa membayangkan seseru apa rasanya menyelam ke dalam laut dan menikmati pemandangan di dalam sana. Bagi saya pribadi, scuba diving adalah salah satu hal yang harus dicoba minimal satu kali seumur hidup.


Seandainya kami tidak sempat menuntaskan setiap kegiatan yang diinginkan, saya yakin hal itu bukan masalah besar. Akan selalu ada perjalanan selanjutnya untuk direncakan dan liburan berikutnya untuk dinikmati. Hal itu saya lontarkan tentu saja bukan tanpa sebab. Saya yakin setiap rencana perjalanan dapat diwujudkan dengan mudah melalui aplikasi Traveloka yang menyediakan beragam jenis tiket, penyewaan hotel, maupun paket perjalanan yang terjamin aman, dan promo-promo yang ada pun dapat dimanfaatkan untuk mendapat harga yang terjangkau. Perjalanan ke Labuan Bajo sendiri dapat dengan mudah diwujudkan dengan paket yang tersedia di Traveloka.

Saya sendiri sudah pesan tiket di Traveloka untuk perjalanan singkat yang menanti saya bulan depan. Dengan kemudahan yang diberikan dan fitur-fitur pada aplikasi yang sangat user-friendly, merencanakan perjalanan menjadi begitu mudah. Dengan beberapa klik... voila, tiket pesawat berhasil dipesan, dan liburan singkat pun dengan mudah menanti di depan mata.

Sama halnya dengan makanan enak, liburan akan jadi sesuatu yang selalu didambakan. Oleh karena itu, teman-teman yang sudah kangen jalan-jalan bisa mulai merencanakan liburan di Traveloka dari sekarang. Saya harap, masing-masing dari kita bisa mengambil jeda dari penatnya kehidupan dan bersantai menikmati hari lagi, dan kisah perjalanan tersebut bisa meninggalkan kesan yang dalam.

Jadi, tunggu apa lagi? Ayo selalu ikuti suara hati dan jalani hidup dengan caramu. #LifeYourWay