It's been a confusing year in the matter of weather and while I'm usually eager to embrace November's even lower humidity and heavy rain, I find myself more taken aback by how far we are into this year. If 2020 was a competition, October had been the quickest to go past by far. While I managed to finish eight books last month, I ended up writing less qualitywise. Needless to say, this is what I plan to redo in the following time ahead: to write more in a way to increase awareness of well-being.
Vicious follows the story of Victor and Eli, two enemies who originally started out as best friends. Ten years later, after breaking out of prison, all Victor can think of is revenge. With his friends Mitch and Sydney by his side, Victor goes to Merit and tries to get Eli's attention. Meanwhile, Eli is still on his mission to kill as many EOs as possible with the help of a young girl Serena. He never expects to meet his former best friend in a city like Merit though, so when they finally have to face each other, all hell breaks loose.
All in all, everything in Vicious felt so messed up, but I suppose that was precisely what this book meant to highlight. As a character-driven book, Vicious managed to grip me to the point that I felt the need to uncover the truth as soon as I could. There was even a short period of time when I was debating whether to flick through the ending just to see who would win the fight. Being the first book by Schwab that I read, I would certainly recommend Vicious to everyone who is currently looking for something different in the fantasy genre.
2. Summer in Seoul by Ilana Tan (reread)
(It's a local book so I'm gonna write the review in Bahasa)
Summer in Seoul bercerita tentang Han Soon-Hee atau yang lebih dikenal sebagai Sandy, seorang blasteran Indonesia-Korea yang saat ini sedang berkuliah di Seoul. Hidup Sandy yang biasa-biasa saja mendadak berubah saat suatu malam ia memutuskan untuk mampir ke minimarket untuk membeli keripik kentang sepulang kerja paruh waktu. Ponselnya, entah bagaimana, tertukar oleh ponsel seorang penyanyi muda terkenal di Seoul, yaitu Jung Tae-Woo. Di sisi lain, Jung Tae-Woo sendiri sedang mengalami masalah yang cukup pelik. Setelah empat tahun vakum dari dunia hiburan, tiba-tiba saja ada isu miring yang menerpa dirinya. Jung Tae-Woo dan manajernya, Park Hyun-Shik, dengan cepat berusaha mencari jalan keluar. Jadi, begitu tiba-tiba saja Sandy datang ke dalam hidupnya, Jung Tae-Woo pun tanpa berpikir panjang langsung menawarkan Sandy untuk berpura-pura menjadi pacarnya.
Kesimpulannya, saya memang masih suka buku ini. Kebetulan-kebetulan yang terjadi memang agak terlalu banyak, tapi buat saya hal itu gak masalah. Penggambaran latarnya memang masih terkesan asal tempel alias kurang dideskripsikan, tapi dari segi plot cerita, menurut saya buku ini sudah rapi dan oke. Tokoh-tokohnya pun sudah dikembangkan dengan cukup baik. Dan kalau ditanya apa suatu hari saya akan reread buku ini lagi, jawaban saya adalah: tentu saja.s.
(Please skip this part if you haven't read Vicious)
Vengeful starts a few years after Eli was dragged into to prison and Victor was secretly resurrected by Sydney. Similar to how it was told in the first book, Vengeful goes back and forth in time also. While under Stell's supervision, Eli is forced to help him capture all the EOs especially the dangerous ones. However, when he realizes that Victor might be the EO they're currently looking for, he decides to keep him for himself as Victor is still his responsibility. Meanwhile, the target himself has been very sick ever since Sydney pulled him out of his death. With Mitch and Syndey by his side, Victor looks everywhere for an EO who possibly has the power to heal him.
This book might be slow and full of throwbacks, but Vengeful was certainly as gripping as the first one—crueler even. How Schwab compiled every idea and little detail was amazing and I couldn't stop being in awe of everything. In addition to the morally grey characters, Vengeful was impressive because of its plot also. Even though the twists seemed a little slow, they were still very thrilling and surprising and therefore significant.
4. Divortiare by Ika Natassa (reread)
(It's a local book so I'm gonna write the review in Bahasa)
Divortiare bercerita tentang Alexandra Rhea Wicaksono yang sudah hampir tiga tahun bercerai dengan mantan suaminya, Beno Wicaksono. Alex, si bankir, dan Beno, si dokter bedah jantung, memutuskan untuk berpisah karena jadwal mereka yang padat tidak memungkinkan mereka untuk tetap menjalin hubungan. Pernikahan mereka retak di tahun kedua, meninggalkan keduanya dengan perasaan benci antar satu sama lain. Meski begitu, rasanya ada-ada saja yang membuat Alex terpaksa harus menghubungi Beno lagi dan lagi yang membuat Wina, sahabat karib Alex, menentang hal tersebut. Menurutnya sudah saatnya Alex move on dan berhenti berhubungan sama sekali dengan Beno. Jadi ketika Denny datang kembali ke dalam hidupnya, mengikuti saran Wina, Alex pun berusaha membuka hatinya meski memang sulit. Perjalanan Alex melupakan Beno pun dimulai dari sana.
Overall, bisa dibilang Divortiare ini buku Ika Natassa favorit saya. Karena ringan, buku ini gak berkesan bertele-tele dan lebih to the point. Jadi, saya jelas enjoy banget menikmati kisah Alex dan Beno ini. Penuturan ceritanya pun ringan dan mudah diikuti. Gak banyak detail yang gak penting, jadi bacanya pun gak bikin bosan. Topik yang seharusnya klise ini disulap sedemikian rupa jadi manis dan bikin nagih, dan saya salut sih sama kemampuan pembawaan penulis yang santai tapi tetap bermakna
(I got a translated copy in exchange for an honest review, so I'm gonna write the review in Bahasa)
Will You Be There berkisah tentang seorang dokter bedah ternama di San Fransisco, Elliott Cooper, yang saat ini sudah berumur 60 tahun. Hidup Elliott kebanyakan dihabiskan di rumah sakit, atau kalau tidak ya pasti bersama sahabatnya, Matt, atau putrinya, Angie. Satu-satunya hal yang paling ia harapkan saat ini hanyalah bertemu lagi dengan Ilena, satu-satunya wanita yang ia cintai, yang sayangnya sudah meninggal tiga puluh tahun yang lalu. Suatu hari, sesuatu yang aneh terjadi. Elliott mendapati dirinya terbangun ke masa-masa tiga puluh tahun lalu dan bertemu dirinya sendiri yang masih muda di sana. Meski awalnya keduanya meragukan keberadaan satu sama lain, pun pada akhirnya mereka percaya bahwa takdir sudah mempertemukan mereka dengan cara yang sedemikian aneh.
Overall, saya sangat menikmati Will You Be There ini. Dengan bahasa terjemahan yang mengalir dan enak dibaca, saya jadi gak kesulitan untuk memahami sedikit background kedokteran yang dituangkan di buku ini. Kalau kalian ingin membaca buku tentang perjalanan waktu yang dikemas dalam cerita yang cukup emosional (setidaknya, menurut standar saya ya, hehe), buku ini boleh banget dicoba.
6. Twivoritare by Ika Natassa (reread)
(It's a local book so I'm gonna write the review in Bahasa)
Melanjuti kisah Alex dan Beno di buku sebelumnya, di Twivortiare, kedua sejoli ini akhirnya menikah lagi. Dikemas dalam bentuk cuitan di twitter, format buku ini bisa dibilang unik dan konsepnya menarik. Alex menumpahkan segala keluh kesahnya di timeline, mulai dari hal-hal kecil yang bikin mereka bertengkar setiap hari, kisah-kisah randomnya dengan Beno hingga bisa balikan lagi, sampai hal-hal berbau keluarga yang cukup emosional.
Mengulang buku ini terbukti masih jadi pengalaman yang menyenangkan untuk saya. Jujur, saya sih terhibur banget bacain satu-satu tweetnya Alex yang sama sekali gak pakai filter itu. Memang sih, kadang yang diceritain Alex terlalu pribadi untuk dipublikasikan ke twitter, tapi well, karena ini bacaan seru-seruan, saya sih jelas gak mempermasalahkan. Semakin terbuka Alex tentang masalahnya dengan Beno, saya justru malah semakin penasaran (loh) haha.
(It's a local book so I'm gonna write the review in Bahasa)
Bercerita tentang Sandra yang terpisah dari tunangannya Nico saat sedang menerima penghargaan di Jepang, buku ini mengisahkan cepatnya penyebaran virus COVID-19 di Tokyo yang menyebabkan Sandra harus menetap di sana selama beberapa waktu. Setelah dirawat beberapa saat, Sandra pun mulai mengenal baik teman-teman barunya di Health Center dan dokter-dokter yang bekerja di sana.
(I got a translated copy in exchange for an honest review, so I'm gonna write the review in Bahasa)
School Nurse Ahn Eunyoung ini pada dasarnya bercerita tentang seorang perawat sekolah di SMA M bernama Ahn Eunyoung yang ceria, ramah, namun juga unik. Ahn Eunyoung ke mana-mana selalu membawa pistol BB dan pedang plastik warna warni karena selain bertugas jaga di klinik skolah, Ahn Eunyoung ini juga seorang pemusnah roh jahat. Firasat Ahn Eunyoung sudah buruk banget kalau menyangkut sekolah ini, apalagi SMA M dibangun di atas ruang bawah tanah tidak terpakai yang memang gak boleh diapa-apakan. Di sisi lain, Hong Inpyo berperan sebagai guru sastra klasik sekaligus cucu kesayangan almrahum pendiri sekolah. Walau gak betul-betul mengerti perintah kakeknya, Hong Inpyo menurut dan gak pernah mengubah apapun dari sekolah itu. Namun hal-hal aneh mulai terjadi. Tanpa terduga, Hong Inpyo harus bekerja sama dengan si perawat sekolah untuk menguak rahasia-rahasia jahat yang ada di sekeliling mereka, termasuk hal-hal yang gak bisa dilihat oleh Hong Inpyo sendiri.
Sebagai seorang penikmat fantasi, saya gak menyangka kalau genre tersebut cocok banget untuk digabungkan dengan unsur komedi. Saya gak ngerti apa saya yang terlalu receh, tapi buku yang nyeleneh ini memang cocok sama selera saya. Karakter yang menonjol di buku ini memang hanya Eunyoung dan Inpyo, tapi meski ceritanya hanya berkutat di sekitar mereka, baca buku ini sama sekali gak bikin bosan. Bahasa terjemahannya pun rapi dan mengalir banget, tahu-tahu saya sudah sampai ke endingnya aja.
0 Comments