Bacaan Akhir Tahun: Bukan Pengikutmu yang Sempurna karya Annisa Ihsani

Setelah sekian lama tidak menyentuh buku lokal, rasanya menyegarkan bisa menutup tahun ini dengan sebuah bacaan unik dari salah satu penulis lokal yang karyanya sudah lama jadi incaran saya. Bukan Pengikutmu yang Sempurna karya Annisa Ihsani resmi menjadi buku ke-21 yang saya selesaikan di penghujung tahun ini.

Bercerita tentang sebuah kota kecil bernama Dingley, buku ini memperkenalkan sebuah komunitas religi bernama 'The Path to Blessings'. Orang-orang di komunitas tersebut hidup berdasarkan arahan sang pemimpin, Paman Manwel, tanpa benar-benar terkoneksi dengan dunia luar. Berdasarkan kepercayaan mereka, kehidupan di luar komunitas penuh dengan kesesatan yang harus dihindari.

Alex Agius adalah seorang anggota komunitas yang baru berusia lima belas tahun. Meski begitu, Alex sudah berusaha mati-matian seumur hidupnya untuk menjadi pengikut komunitas yang setia. Alex percaya peraturan yang ketat penting untuk kebaikan setiap anggota. Sayangnya, usaha Alex seringkali tidak berjalan mulus karena Sophie, adik kembarnya, terus menerus membangkang. Ketika suatu hari Sophie tertangkap basah melanggar peraturan, konsekuensi yang menanti perbuatan Sophie nyatanya menggelitik diri Alex lebih dari yang ia inginkan. Alex perlahan mulai mempertanyakan semua yang sudah diyakininya, termasuk ajaran Paman Manwel. 


Sebagai pecinta dokumenter, kesan yang buku ini berikan terasa familiar buat saya. Membaca buku ini, meskipun saya tahu ini fiksi, terasa seperti menonton versi lebih detail dari sebuah film dokumenter karena diceritakan melalui sudut pandang sang korban. Pembaca dibawa untuk ikut menyaksikan perubahan perspektif dan dilema si tokoh utama. Saya yang awalnya merasa geregetan dengan karakter Alex perlahan-lahan ikut merasa frustasi dan sedih dengan keadaannya.

Menurut saya, buku ini sangat menggambarkan perasaan aman semu yang tercipta dari tradisi dan kebiasaan turun temurun yang seringkali membuat orang tutup mata terhadap hal-hal yang sebetulnya tidak wajar. Topik tersebut dikemas dengan penuturan yang lugas dan rapi. Setelah berhasil melewati bab pertama yang sempat membuat saya bertanya-tanya ke mana cerita ini mengarah, saya dibuat terhanyut dengan kisah Alex di dalam komunitas tersebut. Buku ini berhasil membuat seorang pihak ketiga seperti saya merenung memikirkan bagaimana sebuah pandangan baru dapat menjadi suatu tantangan yang teramat berat dari sudut pandang orang pertama.

Meskipun pada akhirnya arah buku ini dapat dengan mudah ditebak, hal tersebut tidak mengurangi rasa penasaran saya untuk tetap lanjut membaca. Dengan rahasia yang pelan-pelan terkuak, buku ini tentu tak lepas dari konflik yang hilang timbul, persis seperti pada kehidupan umumnya, dan ditutup dengan ending yang sangat realistis.


Secara keseluruhan, Bukan Pengikutmu yang Sempurna memberikan pengalaman baca yang unik. Dengan topik yang nyaris tidak pernah saya temui di dalam buku lokal, buku ini jelas menjadi bacaan yang berkesan untuk saya. Sekarang saya pun semakin yakin untuk mencoba karya-karya penulis yang lainnya di masa mendatang. Last but not least, saya juga ingin berterima kasih untuk pihak penerbit atas kesempatannya membaca dan mengulas buku ini.

Actual rating: 4